“Apa sih yang dimaksud dosen penggerak itu? Dosen penggerak itu harus bagaimana?”
Pertanyaan itu terlontar dari beberapa kolega saya saat kebijakan merdeka belajar kampus merdeka mulai digulirkan. Kebijakan MB-KM diterapkan di perguruan tinggi sebagai upaya untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di luar program studinya, agar kelak dapat menghasilkan lulusan yang siap menghadapi masa depan yang semakin cepat mengalami perubahan. Selain itu kebijakan MBKM diterapkan untuk meningkatkan link dan match antara lulusan pendidikan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri. Oleh karena itu program studi melakukan penyesuaian kurikulum dan dihimbau untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran yang lebih berpusat kepada mahasiswa. Untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul kemendikbudristek mendorong perguruan tinggi untuk bertransformasi melalui 8 indikator kinerja utama. Lalu, di mana peran dosen sebagai dosen penggerak?
Kita akui bahwa untuk mengubah pendidikan agar menghasilkan SDM yang unggul maka dibutuhkan dosendosen penggerak, yaitu dosen yang berpikir merdeka, selalu mencari ilmu, meningkatkan kompetensi melalui berbagai pelatihan atau aktivitas lainnya, serta amanah terhadap tugasnya sebagai pendidik. Dosen merupakan elemen terpenting dalam pendidikan meskipun model dan metode pembelajaran berubah beberapa tahun terakhir ini. Peran dosen tetap tidak tergantikan. Ada hal yang tidak dapat diajarkan oleh mesin pencari, yaitu sentuhan atau perasaan. Kita perlu dosen yang merdeka dan terus mau belajar. Mengapa? Karena hanya dosen yang terus mau belajarlah yang dapat mengubah wajah pendidikan. Dosen yang tidak merdeka dalam berpikir, bersikap dan bertindak apa bedanya dengan robot. Jadi dosen penggerak itu yang menginspirasi mahasiswa. Tetapi sebelum menginspirasi mahasiswa hal yang harus dilakukan adalah memerdekakan cara berpikir. Kita harus keluar dari jiwa apatis dan terus menerus mendorong semangat untuk melakukan perbaikan secara terstruktur.
Bagaimana ciri-ciri dosen penggerak yang berpikir merdeka? Pertama, kita harus memahami benar apa fungsi dan tugas sebagai dosen di kelas dan di kampus. Di kelas sekarang ini ceramah harus dikurangi dan lebih kepada kerja kelompok, diskusi serta memecahkan masalah. Kedua, dosen tidak pernah berhenti belajar. Kita mengajar generasi Z, yaitu generasi di mana kompetensi digital mereka bisa jadi melebihi kompetensi digital kita sebagai dosen. Dosen penggerak akan merasa bangga jika melihat kapabilitas mahasiswanya melampaui ilmunya. Belajar itu bukan hanya sekolah lagi mengambil S-3 atau sejenisnya. Meskipun kita kuliah lagi sampai mencapai gelar Doktor tetapi jika cara berpikir, bertindak dan bersikap masih terbelenggu serta tidak merdeka maka sebenarnya kita tidak belajar apa-apa, tetapi hanya membuang waktu dan uang. Ketiga, setiap dosen harus terus belajar dengan tidak pernah berhenti membaca buku. Luangkan waktu sekitar 30 menit untuk membaca buku tentang apa saja yang menarik minat dan mencerdaskan pemikiran kita. Seorang penulis buku menyarankan untuk membaca 10 menit di pagi hari, 10 menit di siang hari dan 10 menit di malam hari sebelum tidur. Keempat, mengikuti kelompok dosen yang memiliki keinginan belajar yang sama dengan kita. Berkumpul dan mengadakan pertemuan rutin untuk saling belajar dari sesama dosen. Kelima, libatkan mahasiswa dalam penelitian atau pengabdian kepada masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa secara langsung.
Semoga kita semua bergerak menjadi dosen yang merdeka dan terus belajar bagi kemajuan pendidikan bangsa ini.